Aku berpikir keras dengan kalimat itu, menimang-nimangnya. bagaimana bisa luka yang tidak tampak atau tampak memiliki perbedaan?. Benarkah luka yang tak tampak akan lama penyembuhannya?
Waktu lama mengkonversikan kalimat itu ke pikiran terlebih hati, Aku akui kata-kata itu adalah benar. Tapi tidak menutup kemungkinan ada yang salah dengan kalimat itu. Layaknya rasa yang aku tahan, yang berbalut penuh ikatan tanda tanya.
Sejatinya luka itu muncul ketika sesuatu berbeda hadir secara perlahan dan merobohkan. Sekuat tenaga bertahan, sekuat menahan sakit, tapi yang namanya hati pasti bakal rapuh juga.
Aku hanya tidak ingin menjadikan keadaan ini menjadi persakitan. Masih banyak hal yang harus aku lakukan, Bagaimana mungkin keadaan yang seperti ini membuat hancur segalanya. Memendam rasa sakit bukanlah jalan yang tepat, karna ujung yang didapat adalah lelah, capek, dan kecewa. dan pada akhirnya ada yang menjadi korban.
Semua berubah ketika aku sadar posisiku bukanlah yang dulu. Aku kembali terdiam dibalik dinding bisu. Semuanya aku lalui dalam waktu yang lama. Tak ada yang lebih menyakitkan dari diabaikan, dibuang dan tak dianggap perjuangannya, sejatinya semua orang ingin usahanya dihargai. Entahlah aku kurang paham mana yang lebih sakit, rasa dibohongi atau membohongi perasaan.
0 komentar:
Posting Komentar